Langsung ke konten utama

CERPEN IMPIAN ANGSA KECIL

Impian Angsa Kecil
Di sekolah harapan bangsa ada seorang siswi yang bernamana Hilda, Jurusan Ilmu
pengetahuan Alam. sekarang dia sudah kelas Tiga SMA. Pada hari senin, tepatnya
pada jam istirahat di sekolah SMA Harapan Bangsa, Hilda, maya, mawar, Dimas dan
teman-teman yang lainnya belajar. Pada jam istirahat tiba, hilda dan teman-temanya
keluar dari kelas untuk sekedar membeli jajanan setelah penat belajar. Mereka duduk
di bangku di bawah pohon besar yang sejuk tempat mereka biasa membeli jajanan dan
mengobrol.
“Engga terasa yah sekarang kita sudah kelas tiga dan sebentar lagi kita lulus.” ucap
Dimas.
“Iya, nanti kita akan berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing”. Jawab Hilda.
“o ya, kalian mau melanjutkan kemana? Tanya maya.
Mereka pun menjawab secara bergiliran
“kalau saya mau kembali pulang ke kampung halaman saya, dan mencoba membantu
orangtua saya disana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari” jawab dimas “ciyee
Dimas, tumben pinter, ha ha.. (mawar yang sengaja menggoda dimas) saya juga
sependapat dengan kamu, saya ingin kerja dulu, jika uang nya sudah mencukupi saya
ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi” jawab mawar
“kalian hebat, bagus sekali cita-cita kalian. Saya sangat mendukung kalian. Jika di
Tanya saya mau melanjutkan kemana, saya ingin melanjutkan kuliah ke universitas
yang saya inginkan. Dan kamu may, mau kemana?” saut Hilda
“saya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi karena itu keinginan saya dan harapan
orangtua saya.” Jawab maya.
Merekapun asyik berbincang-bincang tentang kelanjutan mereka setelah lulus nanti.
Bel istirahat pun berbunyi, sudah saatnya untuk masuk kelas dan memulai belajar
kembali.
Bel pun berbunyi kembali yang menandakan waktunya mereka harus pulang.
“Hilda, ayo siapkan teman-temanmu.” Ucap guru Hilda di kelas.“baik pak” jawab Hilda.
Hilda pun menyiapkan teman-temanya dan memberi salam kapada guru ada di kelas
itu.
Waktupun terus berlalu, Kelulusan pun telah tiba, hilda sangat sedih berpisah dengan
sahabat-sahabatnya. Mulai hari itu hilda sudah bukan anak SMA yang berseragam
putih abu-abu. Hilda pun seperti angsa kecil yang mulai mengepakan sayapnya,
berusaha menjadi lebih baik dan mencari jati dirinya.
Sesampainya hilda di rumah dan beristirahat, bunda Hilda pun mendekatinya untuk
sekedar berbincang-bincang tentang kelanjutan Hilda untuk ke perguruan tinggi.
“nak, kamu mau melanjutkan ke universitas mana setelah lulus nanti? Tanya bunda
hilda
“saya mau ke universitas negeri yang dekat dari tempat tinggal” jawab Hilda
“ayah, bunda, dan om kamu yang di Bandung menginginkan kamu kuliah universitas
Pelita (universitas yang berada di Bandung).”
“saya engga mau kuliah jauh bunda, saya ingin kuliah di sekitar kota ini saja. Agar
tidak jauh dari bunda dan ayah,”
Maklumlah, Hilda yang saat itu baru berusia delapan belas tahun, tidak ingin jauh dari
orangtua nya. Walau pun Hilda pernah di undang untuk mengikuti tes beasiswa masuk
perguruan tinggi di Jakarta. Kemudian Hilda pun melakukannya hanya untuk
membahagiakan hati orang tuanya dan mencoba memberanikan diri untuk berpisah
dengan orang tuanya. Namun kenyataan nya lain, hilda hanya mendapatkan 75%
beasiswa dari tes tersebut. Perasaannya pun bercampur antara senang dan sedih.
Senang karena dia tidak jadi kuliah di luar kota dan sedih karena tidak mendapatkan
beasiswa penuh, sedangkan orang tuanya menginginkanya.”
Setelah kelulusan, Hilda rajin mencari informasi tentang perguruan tinggi yang dia
inginkan. Mulai dari browsing, menanyakan ke teman-teman yang ingin melanjutkan
kuliah, menanyakan ke saudara-saudaranya yang sedang kuliah maupun yang sudah
lulus.
Pilihanan pun sudah ada di tangan Hilda, dia ingin melanjutkan di universitas negeri
Nusantara karena bertempat tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hilda pun mengatakan
kepada orangtuanya tentang keinginan nya dan meyakinkan orangtuanya bahwa
pilihannya itu terbaik dan bisa merubah keadaan lebih baik. Orangtuanya pun
menyutujuinya. Perasaan nya bagaikan kupu-kupu terbang melayang-layang di taman
bunga yang warnanya bermacam-macam sehingga menambah keindahan bunga di
taman tersebut.Hilda pun memulai daftar Seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri dengan
sepupunya dan di temani teman sepupunya yang sudah kuliah di universitas yang
hilda inginkan tersebut secara on line. Hilda berusaha sekuat tenaga supaya berhasil
dalam seleksi tersebut, dia mulai mengurangi waktu main bersama teman-temannya
untuk menggantikannya dengan waktu belajar. walaupun banyak yang mengatakan
kapada Hilda bahwa yang mengikuti seleksi tersebut kemungkinan kecil untuk
mendapatkannya. Di karenakan banyak yang berminat untuk masuk perguruan tinggi
negeri.
Setelah satu bulan berlalu sudah saatnya Hilda untuk mengikuti mengikuti tes seleksi
nasional masuk perguruan tingi tersebut. Keluarganya sangat mendukungnya. Kakak
perempuan nya pun selalu ada di sampingnya, mulai dari melengkapi berkas-berkas
untuk seleksi dan menghantarkan hilda ke tempat tujuan untuk tes. Tes berjalan dua
hari, pagi buta hilda harus sudah berangkat supaya tidak terlambat, bagaimanapun tes
tersebut sangat menentukan masa depannya.
Waktu berjalan dengan sendirinya dua bulan berlalu, tiba saat nya pengumuman test
seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. Orang tua nya pun mengetahui bahwa
hari itu pengumumannya.
“hilda, hari ini pengumumannya yah, ayo bunda antarkan kamu untuk melihat
pengumuman” ucap bunda hilda
“hmm.. iyah bunda, tapi nanti kalau aku tidak di terima, bunda jangan marah yah, he
hee” (sambil senyum) jawab hilda
“iyah.. kalau pun kamu tidak di terima bunda tidak akan marah ko”
Sebenarnya hilda sudah punya rencana jika dia tidak di terima dalam tes tersebut, dia
akan menunda kuliahnya dan akan mengikuti test lagi tahun depan. Walaupun orang
tua nya tidak menyutujuinya, hilda yakin jikalau gagal itu biasa dan terus berusaha itu
baru luar biasa.
Ketika hilda dan bundanya sudah sampai untuk melihat pengumuman tersebut, hati
hilda seperti genderang yang terus di pukul mengeluarkan bunyi yang sangat keras,
perasaannya bercampur aduk, gelisah, penasaran, takut, dan sebagainya. Begitu hilda
dan bundanya melihat pengumuman tersebut ternyata hilda di terima sebagai
mahasiswi di perguruan tinggi yang dia impikan. Hilda pun sangat bersyukur kepada
Allah yang telah mengabulkan doanya. Berterima kasih kepada keluarga yang selalu
mendukungnya setiap saat untuk menggapai impiannya.

Komentar